arti kata i tibar

karenasifat itu tidak dikenal di kalangan orang Arab; sedangkan contoh yang tepat untuk yang berarti sifat adalah firman Allah dalam Q.S 48:29 yang artinya:”Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil. Menurut al-Raghib al-Ashfahaniy kata ﻞﺜﻤﻟا mengandung arti: suatu ungkapan tentang perkataan Itibar berarti mendapatkan informasi dan petunjuk dari literature, baik kitab yang asli, kitab syarah dan kitab fan yang memuat dalil-dalil hadits. Secara teknis, proses pembahasan yang perlu ditempuh dalam studi dan penelitian hadits sebagai berikut : Yang paling mendekati disini adalah berasal dari kata kharaja, yang artinya nampak Majazmursal berbeda dengan kinayah karena pada kalimat yang berbentuk kinayah tidak harus ada qarinah yang mencegah suatu lafaz dari makna aslinya. Dinamakan “mursal” karena ia tidak dibatasi oleh pemaknaan tertentu. B. Alaqah dan Qarinah dalam Majaz Mursal. Dalam majaz mursal terdapat banyak alaqah dan juga qarinahnya yang banyak, di Sebelumsaya menutup kultum dikesempatan ini,saya sedikit mengambil hikmah dari peristiwa Rasulullah pad a malam isra’ miraj yaitu: 1. peristiwa isra’ mi’raj sangat menghibur hati rosulullah yang gundah setelah kematian khadijah dan pamanya Abu Thalib. 2. Semakin meyakinkan rosulullah atas kebesaran allah. Dan di balik itu terdapat kesimpulan-kesimpulan tersembunyi yang dapat dipahami dari firman dan sabda tersebut oleh orang yang dibuka hatinya oleh Allah Swt”. Baca Juga: Kartu Merah Dari Imam Ghazali; Apa yang diungkapkan Ibnu Atha’illah ini merupakan bahasa lain dari kata i’tibar wal-qiyas dalam pernyataan Ibnu Taimiyah. Hal itu Site De Rencontre Expatrié Au Maroc. Connection timed out Error code 522 2023-06-13 144303 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d6b19ccfa100b87 • Your IP • Performance & security by Cloudflare I S L A M dan I L M U N Y A Setiap peristiwa mengandung I’tibar. Ta’bir itu adalah merupakan pemberian atau karunia dari Allah Ta’ala yang hanya diberikan kepada orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepadaNya. Dengan adanya ta’bir itu dapat mengambil i’tibar atas kejadian yang diturunkan Allah Ta’ala kepada hambanya didalam dunia ini. “Man adzinalahu fit-ta’biyri fahimat fii masaa mi’il-khalqi ibaaratuhu wajaliyat ilaiyhim isyaratuhu”. “Barang siapa yang dipernankan pemberian oleh Allah tentang i’tibar {memperhatikan sesuatu dengan teliti untuk mendapatkan suatu pegangan} maka ibaratnya dapat diterima oleh manusia, serta jelasnya {petunjuk} mereka”. Apabila mereka {orang yang diperkeenankan Allah Ta’ala tentang i’tibar} bila Ia mengibaratkan sesuatu atau memberikan keterangan dapatlah diterima dengan jelas oleh semua manusia. Ta’bir, Ibrah dan I’tibar adalah sesuatu yang banyak disebutkan oleh Allah Ta’ala di dalam Al Qur’an. Karena ta’bir, ibrah dan i’tibar merupakan bagian kehidupan Insan yang di beritahukan Allah Ta’ala kepada hambanya yang tha’at. Betapun masalah ini adalah masalah yang amat penting akan tetapi pada sa’at sekarang ini hanya sedikit sekali memperhatikan dan mengutamakannya. Sesungguhnya hal ini sangat penting dan utama sekali, sehingga Allah Ta’ala menyebutkan berulang-ulang, terutama untuk menjadi pegangan bagi yang beriman dan tha’at demi masa kemasa. Dan dengan adanya kejadian itu pula manusia bisa memahami hal yang sebenarnya. Sebagaiman firman Allah Ta’ala didalam Al Qur’an “Zhaharal fasaadu filbarri wal-bahhri bimaa kasabat aydiyn-nasi liyudzi yaqahum ba’dhal-ladzi amilu la’allahum yar ji’uwna”. “Telah timbul kerusakan didarat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia supaya Allah merasakan kepadanya sebagian dari {akibat} perbuatannya, agar mereka kembali {kejalan yang benar”.{QS. Ar Ruum. 41}. Dari itu manusia bisa terbawa kealam yang lebih sadar, bahwa semua kejadian itu adalah dijadikan Allah Ta’ala. Disebabkan Ia mau memperhatikan atau menelaah sesuatu dengan sepenuh daya kemampuan, {apakah itu benda atau peristiwa} lalu dapat diambil faedah dari padanya. Demikianlah haqiqaht kata ta’bir, ibrah dan i’tibar yang mula asal katanya {abara} lalu lahirlah kata ta’bir, ibrah dan i’tibar. Yang dari kata itu mempunyai arti memperhatikan sesuatu untuk mendapatkan suaatu pegangan. Menjadikan sesuatu pada diri sendiri, masyrakat, negara dan dunia ini, dalam sesuatu telaah yang dalam dan seksama, lalu daripadanya itu diambil intisarinya untuk mendapatkan pegangan diri, hati dan fikiran. Maka itulah yang dinamakan Ta’bir, Ibrah dan I’tibar. Secara ringkas dapat dikatakan plajaran yang didapat dari sesuatu. Dan didalam Al Qur’an banyak sekali Allah Ta’ala menyebutkan kehidupan ummat terdahulu dari masa Nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad baik mereka yang tha’at kepada Allah Ta’ala maupun yang ingkar kepadaNya. “Laqad kana fii qashashihim ibrahtun li-ulil-albabi maakana hhadiysyan yuftaraa walakin tashditqal-iadzi baiyna yadaiyhi wa tafshila kulli syaiy-in wahudan warahhmatanl-liqauwmin yukminuuna”. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai aqal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan {kitab-kitab} yang sebelumnya, dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.{QS. Yusuf. 111}. Dan segala peristiwa yang terjadi pada zaman masa Nabi Muhammad diharafkan orang yang beriman mengambil pelajaran untuk masa yang berlaku tentang kehidupan dirinya. Seperti peristiwa perang Badhar yang disebutkan yaitu “Ummul Abthal” {Ibu para pahlawan}. Karena melahirkan tokoh-tokoh Islam. Yang dalam perang itu ummat Islam maju dengan jumlah sedikit tetapi membawa Iman, sedang musuh mereka orang Quraisy datang dengan jumlah besar dan dengan persenjataan yang hebat, namun akhirnya orang berimanlah yang mendapatkan kemenangan. Dan juga Allah Ta’ala menurunkan para Malaikat untuk memberi pertolonganNya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam AlQur’an “Sesunggunya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu {bertempur}. Segolongan berperang dijalan Allah dan {segolongan} yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat {seakan-akan} orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuanNya siapa yang dikehendakkiNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati”. {QS. Ali Imran. 13}. Demikian juga pergantian malam dan siang {maju mundurnya ummat}, pun Allah Ta’ala memerintahkan manusia menelaahnya dengan seksama karena ada pelajaran yang terkandung didalamnya untuk kehidupan manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al Qur’an “Allah menggantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan”.{QS. An Didalam surat An Naziaat Allah Ta’ala menceritakan bagaimana perjuangan Nabi Musa menghadapi keingkaran dan kezhaliman Firaun yang sangat kejam. Dan kesudahan nasib Firaun dalam kekejaman itu, lalu Allah Ta’ala memerintahkan para mu’minin dldalam Al Qur’an “Inna fii dzaalika la’ibratan limay-yakhsyaa”. “Sesungguhnya pada {peristiwa} yang demikian itu ada pelajaran bagi orang yang takut {pada Allah}”. {QS. An Naziaat. 26}. Dan demikianlah ayat yang berkenan dengan Ta’bir, Ibrah dan I’tibar yang semua orang beriman dituntut dan diberi izin Allah Ta’ala untuk mengambil pelajaran pada tiap-tiap kejadian atau peristiwa yang terjadi di alam dunia ini. Tak satu pun dari peristiwa yang mengitari kita terlepas dari itibâr. Itibâr berasal dari kata ibr atau ibrah, yang bermakna “jembatan penyeberangan”. Jadi, itibâr bermakna “menjadikan sesuatu sebagai penyeberangan”. Jika peristiwa-peristiwa yang kita hadapi disebut sebagai itibâr, maka peristiwa itu merupakan media yang menyampaikan kita kepada suatu pengetahuan, sehingga kita paham terhadap makna yang ada di balik peristiwa itu. Kita sering menganggap sesuatu itu buruk, padahal dia tak lebih hanya sebagai itibâr bagi kita agar kita memahami apa yang ada di balik itu. Misalnya, rasa sakit yang kita rasakan di kepala. Rasa sakit itu adalah itibâr, karena dia adalah sebagai media yang menyampaikan kepada kita bahwa telah terjadi suatu kelainan pada kepala kita, sehingga kita berusaha untuk mengobatinya supaya sembuh. Laksana jarum-jarum petunjuk pada mobil yang berfungsi memberitahukan kepada pengemudi volume bahan bakar, oli, air, dan sebagainya. Jadi, segala peristiwa yang mengitari kita merupakan isyarat bahwa ada suatu kelainan pada diri kita. Benarlah apa yang dikatakan oleh Syekh al-Akbar Ibn Arabî, sufi abad ke-7 H, bahwa manusia adalah miniatur jagat besar makrokosmos ini. Segala kualitas yang ada pada alam raya terdapat pula pada manusia. Oleh sebab itu, jika terdapat suatu kelainan pada diri manusia, dia akan cepat-cepat tahu melalui isyarat dari alam raya. Orang yang paling sukses adalah orang yang paling mengerti tentang isyarat itu. Akan tetapi, isyarat itu hanya dipahami oleh orang yang memiliki ketajaman mata hati dan ketajaman nalar. Segala ibadah yang kita lakukan bertujuan untuk menjadikan kita orang bertakwa. Tentang puasa misalnya, Allah menegaskan Hai orang-orang yang beriman, difardhukan atas kamu melaksanakan puasa sebagaimana difardhukan atas orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa al-Baqarah [2] 183. Dengan ketakwaan, kita akan mendapatkan kecerahan mata batin kita. Lalu, dengan mata hati yang tercerahkan itu kita mampu menjadikan segala sesuatu yang mengitari kita sebagai itibâr, dapat membedakan yang benar dari yang batil dan yang baik dari yang buruk. Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberimu furqân dan menghapus segala kesalahanmu al-Baqarah [2] 183. Yang dimaksud dengan furqân dalam ayat di atas—menurut ahli tafsir, al-Thabarî—ialah ketajaman dan kecerahan batin, sehingga seseorang mampu melihat yang benar itu benar dan yang salah itu salah, yang baik adalah baik dan yang buruk adalah buruk. Tanpa ketajaman dan kecerahan batin, kita tidak pernah dapat memetik itibâr dari apa yang kita alami. Dalam dunia iptek yang serba canggih dewasa ini, kita sering berbangga dengan penemuan-penemuan mutakhir, kita berbangga dengan akal atau intelek. Memang akal memiliki kemampuan untuk menalar, berargumentasi, dan menarik kesimpulan. Akan tetapi, daya akal tidak dapat bekerja dengan baik tanpa kejernihan kalbu. Kita lihat sekarang, negeri yang kita cintai ini memiliki jutaan sarjana dan pemikir dalam berbagai bidang pengetahuan, tetapi tak banyak yang dapat memberikan solusi atas krisis yang sedang kita hadapi. Yang ramai adalah saling menyalahkan dan saling menjatuhkan. Ini tidak lain adalah karena kegelapan mata hati kita. [Prof. Yunasril Ali] "Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? Dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan? Dan bumi, bagaimana dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sungguh engkau Muhammad hanyalah pemberi peringatan." Kutipan terjemahan surat al-Ghasyiyah itu mengisyaratkan pentingnya memerhatikan alam sekitar dan memetik pelajaran darinya. Dalam terminologi keislaman, praksis tersebut diistilahkan sebagai iktibar i'tibar. Secara umum, istilah ini berarti mengambil pelajaran ibrah dari suatu peristiwa. Secara kebahasaan, kata ibrah عبرة berasal dari bentuk abara-ya'buru-abratan. Artinya, 'menyeberang dari satu tepi ke tepi yang lain.' Karena itu, sampan dalam bahasa Arab disebut sebagai 'abbarah. Sang hujjatul Islam, Imam al-Ghazali dalam Ihya' Ulum ad-Din menjelaskan, makna i'tibar adalah seseorang yang menyeberang dari apa yang disebutkan kepada apa yang tidak disebutkan. Karenanya, seorang yang hendak melakukan i'tibar tidak membatasi diri pada apa-apa yang disebutkan saja kepadanya. Kemudian, al-Ghazali memberikan contoh. Misalnya, lanjur dia, seseorang menyaksikan suatu musibah yang menimpa orang lain. Jadilah musibah itu sebagai ibrah baginya. Maksudnya, orang itu “menyeberangkan” apa-apa yang dilihat dan disaksikannya kepada dirinya sendiri untuk menggugah kesadaran bahwa bisa saja dirinya yang terkena musibah mirip dengan yang dilihatnya. Pimpinan Ponpes Ta’mirul Islam KH Mohammad Halim menyajikan penjelasan lain soal i'tibar. Ia mengatakan, istilah itu berarti pengambilan pelajaran dari suatu peristiwa oleh seseorang meskipun pelajaran itu tidak tampak atau disebutkan secara nyata. Ambil contoh, peristiwa penangkapan seorang koruptor. Dalam kasus ini, masing-masing individu bisa saja melakukan i'tibar secara berbeda. Satu orang mungkin ber-i'tibar dengan mengucapkan, “Maka hiduplah dengan jujur. Meskipun miskin, hidup akan damai.” Sedangkan yang lain mungkin berkata, “Jangan masuk politik karena akan membuat orang jadi setan.” I'tibar yang berbeda-beda ini terjadi karena setiap orang punya pengalaman hidup yang berlainan pula. Alquran dan Sunnah I'tibar tidak hanya tertuju pada peristiwa, melainkan juga sumber-sumber agama, yakni Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Bahkan, dari sanalah banyak diperoleh ibrah yang luar biasa. Karena itulah, ketika tertimpa masalah atau kebingungan, umpamanya, seorang Mukmin dapat mendirikan shalat hajat atau shalat istikharah. Kemudian, ia dianjurkan untuk membaca Alquran. Akhirnya, dengan itulah dirinya memperoleh jawaban. Istilah i'tibar juga dapat ditemukan dalam penelitian hadis-hadis Nabi SAW. Secara kebahasaan, i'tibar berkaitan dengan i'tabara, yang berarti 'memperhatikan suatu perkara untuk mengetahui perkara lain yang sejenis.' Dalam ilmu hadis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mahmud Thahan dalam Musthalah al-Hadits dijelaskan, i'tibar adalah penelusuran jalur-jalur hadis yang hanya diriwayatkan oleh seorang rawi untuk mengetahui apakah terdapat rawi lain yang berserikat dalam riwayatnya atau tidak. Alumnus Darus Sunnah International Institute for Hadith Sciences Isyfi Anni dalam artikelnya di Hadipedia menjelaskan, saat melakukan i'tibar seseorang mesti memerhatikan tiga elemen. Pertama adalah jalur sanad. Kedua, nama-nama perawi. Terakhir, metode periwayatan yang digunakan antarperawi. Metode yang dimaksud adalah mencermati lambang periwayatan yang digunakan perawi dalam menerima dan/atau menyampaikan riwayat. Ini dikenal pula dengan istilah tahammul wa ada’ul hadits. Lambang yang dipakai oleh masing-masing perawi menunjukkan tersambung atau tidaknya sebuah periwayatan serta level akurasi perawi. Namun, lambang yang tercantum tetap harus dikaji ulang. Sebab, mungkin saja terdapat informasi yang tidak lengkap tadlis yang berkaitan dengan sanad. I'tibar dilakukan dengan menganalisis jumlah periwayatan. Kemudian, membuat skema jalur sanad secara cermat. Apabila ada sedikit kesalahan, seperti keliru penulisan nama, maka ini akan sangat berpengaruh ketika menyimpulkan kualitas sanad. Kegiatan i'tibar dalam penelitian hadis bertujuan mengetahui ada atau tidaknya pendukung berupa mutabi atau syahid pada hadis yang diteliti. Apabila jalur sanad yang diteliti memiliki pendukung, sanad hadis yang telah memenuhi syarat dikuatkan, layak untuk dinaikkan kualitasnya. Namun, jika kualitas awal sanad hadis sudah sangat lemah dhaif, maka ia tidak dapat dikuatkan dengan jalur lain. Manakah yang merupakan kata baku dalam bahasa Indonesia? iktibar atau i’tibar?. Berikut ini adalah penjelasannya dalam Kamus Kata Baku Indonesia BakuTidak baku iktibar i’tibar pertimbangan; pengajaran Lihat jugahimbauhimpiti’tibari’tikafijasahijma’ikhwaliklas ihlasillusiimporti’tikaf

arti kata i tibar